Bareng Hari Pahlawan Lahirlah Heru Satriyo Wujud Konsistensi dan Keteguhan

banner 468x60

 

Surabaya, Gantaranews.id – 52 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 10 November 1973. Dari pasangan Mas Ngabehi Bambang Susilo dengan Soekantinah, lahirlah seorang bayi yang dinamakan Heru Satriyo.

Sebuah nama yang akhirnya menjadi tokoh perubahan, bersuara lantang dalam meneriakan keadilan, momok menurut kaum elit yang korup, dan sosok yang selalu berada di depan ketika hak hak rakyat mulai dirampas.

Ketika kita ingin melihat wujud konsistensi dan komitmen dalam jalur perjuangan, Heru Satriyo sosok tersebut. Kiprahnya semenjak muda aktivis dalna suatunoergerkan. Dan bahkan dia juga merupakan tokoh yang terlibat langsung di era reformasi 98.

Bacaan Lainnya

Jarang melihat aktivis yang sekomplek Heru Satriyo, beberapa orang menganggap dia keras, namun tak sedikit yang bila bahwa dia juga seorang pengayom. Aktivis yang tidak mau kursi, padahal banyak tawaran yang menggodanya.

Seperti halnya yang dituturkan seorang aktivis 98, ketika ditanya sosok Heru Satriyo.

“Sekelas Heru diusia yang sudah 52 harusnya sudah duduk di kursi entah Dewan, Direktur Utama, Atau Staf Ahli. Tetapi nyatanya dia memilih konsisten dalam perjuangannya, bedah jauh dengan beberapa teman aktivis lainnya,” ujarnya.

“Seperti yang saya tahu, Heru itu sahabat baik dari Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. Eh bukannya minta jabatan malah dia memposisikan sebagai alarm Jatim ada suatu kebijakan yang menurutnya merugikan masyarakat Jatim. Tapi dia juga ada di garda terdepan ketika ada sekelompok yang mau memfitnah Gubernur Jatim,” tambahnya.

Bagi Heru sendiri diusia 52 bukan suatu angka untuk berhenti atau dengan kata lain ‘waktunya menikmati’, justru diusia yang setengah abad perjuangan harus semakin intens dalam membela kepentingan rakyat.

Kini perjuangan Heru Satriyo lebih matang, dengan MAKI Jatimnya dia bukan hanya berteriak keras, namun juga mengayomi dengan melakukan gerakan sosial secara konkrit. Dia tahu perjuangan tidak boleh berhenti, maka dari itu dengan MAKI Jatimnya juga Heru juga menyiapkan kaderisasi, karena beban perjuangan juga semakin bertambah.

Namun Heru juga tidak menampik kalau saat ini, beda dengan ketika dirinya kala muda yang ber api api. Diusia 52 kematangan dari sebuah pengalaman yang akhirnya mengharuskan dirinya juga harus menjadi sosok pemimpin keluarga, suami sekaligus ayah yang hangat.

“Setiap tahun bukan hanya menambah umur, tapi juga menambah tanggung jawab untuk memberi manfaat,” ujarnya dengan nada reflektif.

Diakui atau tidak, yang pasti pada tanggal 10 November 1973. lahir sosok pahlawan yang membawa perubahan dan harapan buat rakyat kecil. Selamat menginjak usia yang ke 52 Heru Satriyo. Semoga tetap menjadi harapan bagi rakyat kecil. Dan semoga Tuhan selalu memberi yang terbaik buat anda.(Red)

 

 

 

 

 

Pos terkait